Pembahasan Point ke-7 dari Buku 8 Kecermerlangan Mata Air

, by Unknown



Pembahasan Point ke-7 dari Buku 8 Kecermerlangan Mata Air 
Karya Ustadz Anis Matta
Tema: Kontribusi


Inilah muara dari seluruh mata air sebelumnya. Seorang yang memiliki konsep diri yang jelas, memiliki pikiran jernih dan lurus, memiliki tekad kuat, memiliki akhlaq baik, memiliki kemampuan manajemen kesehatan dan waktu yang bagus, mampu berintegrasi sosial, akan menjadi sia-sia tanpa diejawantahkan dengan sebuah perbuatan, atau penulis menyebutnya dengan kontribusi.
Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekadar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SAW dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya. Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita.
Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan apa yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keduanya. Caranya adalah sebagai berikut: buatlah peta kebutuhan kondisional masyarakat kita, dan kemudian buatlah peta potensi kita, untuk menemukan kompetensi inti diri kita. Apabila titik temu itu telah kita temukan, maka masih ada satu lagi yang harus kita lakukan; menjemput momentum sejarah untuk meledakkan potensi kita menjadi karya-karya besar yang monumental. Ini semua mengharuskan kita memiliki kesadaran yang mendalam akan tugas sejarah kita sebagai pribadi, sekaligus firasat yang tajam tentang momentum-momentum sejarah kita.
Rasulullah bersabda “Setiap dari kita dimudahkan melakukan apa saja yang untuknya ia diciptakan”. Setiap orang memiliki potensi-potensi diri pribadi masing-masing, dan komponen inilah yang sangat dibutuhkan dalam rangka kontribusi kita terhadap lingkungan sosial. Kompetensi inti pada diri biasanya bisa dikenali dengan ciri: jika bekerja pada komtensi ini, maka kita biasanya dapat dengan mudah menguasai hingga ke detail-detailnya dan mampu menghadirkan improvisasi dan inovasi ; kita dapat dengan mudah membangkitkan minat dan rasa percaya diri kita pada pekerjaan itu; dan kita merasa peluang perkembangan kita di bidang itu lebih besar dari yang lain.
Selain itu kita memiliki tubuh dengan terdiri dari 360 sendi yang bertugas menopang tegaknya. Demi keberlanjutan sendi-sendi itu, kita harus bekerja, berkarya, beramal nyata. Iman, yang kita akui eksistensinya di dada kita, bukanlah kata benda yang pasif. Ia adalah kata kerja yang menggerakkan seluruh persendian, tulang belulang, panca indera, serta organ-organ yang kita miliki untuk selalu beramal. Walaupun iman dan amal tidak selalu berbanding lurus. Atas nama iman dan Islam yang merupakan anugerah terindah-Nya, kontribusi kita sangat diharapkan. Muslimah sejati, bukannya yang duduk berpangku tangan saat saudara-saudarinya di Somalia berkubang dalam kekeringan dan kelaparan. Muslimah sejati tidak cukup hanya shalat di awal waktu, puasa sunnah, rutin shalat tahajud dan dhuha, menikmati ibadah-ibadah individualnya, tetapi mengabaikan lingkungan sekitarnya. Naluri muslimah sejati tidak akan tega membiarkan cuma dirinya yang masuk surga, sementara keluarga, kerabat dan para sahabatnya dibiarkan mencari jalan sendiri menujunya. Muslimah sejati, pasti, niscaya, ingin semua orang yang dicintainya, yang hidup bersamanya di dunia akan menggelar reuni lagi di akhirat – surga Allah tentunya.
Untuk itulah kita bekerja, bergerak, beramal nyata. Afiliasi, partisipasi, kontribusi. Begitulah kata Pak Anis Matta dalam “8 Mata Air Kecemerlangan”-nya. Maka, sebagai muslimah beriman, secara spontan, gerak-gerak itu akan muncul tanpa dipaksakan. Kita akan terpanggil untuk menjadi manusia-manusia yang enerjik dan dinamis, yang melakukan kerja kerja nyata untuk kemaslahatan umat.
“Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amal-amal kalian itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At Taubah [9]: 105)
 

0 komentar:

Posting Komentar