HIJRAH KE HABASYAH
Pada tahun ketujuh sebelum hijriah (SH)/615 M atau
tahun kelima setelah kenabian, terjadi sebuah peristiwa penting dalam sejarah
Islam. Saati tu, para sahabat yang baru memeluk Islam mendapat teror dan
siksaan dari kaum kafir Quraisy. Rasulullah SAW lalu memerintahkan para sahabat
untuk menyelamatkan diri ke Habasyah.
“Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat
seorang raja yang tak seorang pun yang dizalimi di sisinya, pergilah ke
negerinya, hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian dan penyelesaian
atas peristiwa yang menimpa kalian,’’ ujarNabi SAW. (Fathul Bari 7;189)
Pokok-pokok
Kajian Sirah
- Wilayah Habasyah
- Pengertian Hijrah ke Habasyah
- Alasan Habasyah dipilih sebagai tempat hijrah
- Latar Belakang Hijrah ke Habasyah
- Kronologis Hijrah ke Habasyah
- Hikmah dibalik Peristiwa Hijrah ke Habasyah
Pembahasan
1. Wilayah Habasyah
Habasyah adalah negeri yang terletak di
selatan benua Afrika atau yang kini dikenal sebagai wilayah Ethiopia atau
Eritrea. Masyarakatnya dikenal sebagai al-Habasy yakni bangsa Sudan atau bangsa
berkulit hitam. Habasyah merupakan wilayah yang penting bagi perkembangan agama
Islam di tahap-tahap awal. Sebab, negeri yang dipimpin Raja An-Najasyi itu telah
menjadi penyelamat akidah para sahabat di awal masa perkembangan Islam.
Gambar: Peta Wilayah Ethiopia yang dahulu dikenal
sebagai wilayah Habasyah
2. Pengertian Hijrah ke Habasyah
Hijrah ke Habasyah merupakan
hijrah yang pertama kali dilakukan kaum muslimin (para sahabat dan pengikut
Rasulullah) pada tahun ketujuh Sebelum Hijriah (SH)/615 M atau tahun kelima
setelah kenabian.
3. Alasan
dipilhnya Habasyah sebagai Tempat Tujuan Hijrah
Kenapa hijrah ke Habasyah? Bukankah
masih ada daerah lain yang relatif lebih dekat dari Makkah? Yaman, Syam, Hirah,
misalnya. Ahmad Syalabi, dalam bukunya At-Tarikh al-Islamiyy wa al-Hadharah
al-Islamiyyah, menceritakan, tidak dipilihnya Yaman sebagai tempat hijrah,
karena negeri ini pada saat itu di bawah kekuasaan Persia. Bazan, gubernur
Yaman, malah diperintahkan Kisra, raja Persia, untuk menangkap Nabi SAW
hidup-hidup untuk dibunuh. Sedangkan Syam dan Hirah memiliki hubungan ekonomi
yang sangat erat dengan suku Quraisy, suku yang paling keras memusuhi Nabi. Pilihan
Nabi jatuh ke Habasyah (Ethiopia, kini). Meskipun jauh, raja Habasyah dikenal adil
dan bijak. Apalagi Nabi memiliki hubungan baik, meski keduanya berbeda
keyakinan pada saat itu. Itu terlihat dari jawaban raja Habasyah atas surat
dakwah yang Nabi kirimkan.
4. Latar Belakang Hijrah ke Habasyah
Rasulullah Sholallahu 'alaihi
wasalam telah memulai dakwah dengan terang- terangan. Maka kaum musyrikin
semakin keras mengganggu beliau. Mereka menyatakan permusuhan pada beliau.
Berbagai cara permusuhan mereka tampakkan. Di antaranya adalah dengan
membuat-buat kedustaan tentang beliau. Mereka melontarkan tuduhan-tuduhan batil
pada beliau. Mereka menyebut Nabi Sholallahu 'alaihi wasalam sebagai orang
gila. Beliau juga disifati sebagai dukun. Kaum musyrikin juga mencela Al Qur'an
Al Karim. Mereka mengatakan Al Qur'an adalah dongengan-dongengan orang
terdahulu.
Siksaan yang
menimpa kaum musliminpun semakin bertambah berat. Maka Rasulullah Sholallahu
'alaihi wasalam memberikan perintah agar kaum muslimin hijrah (berpindah) ke
Habasyah. Karena Habasyah memiliki seorang raja, yang tidak akan membiarkan ada
orang didzalimi di sisinya. Nama raja itu Najasyi. Kaum muslimin berhijrah dua
kali ke Habasyah.
5. Kronologis Peristiwa Hijrah ke Habasyah
Kisah hijrah para sahabat Nabi SAW ke Habasyah
diungkapkan dalam Shahih Al-Bukhari, mengutip penjelasan dari Ummu Salamah,
istri Rasulullah SAW yang juga ikut dalam peristiwa hijrah ke Habasyah itu. Di
tengah kegelapan malam yang mencekam, 11 pria dan lima wanita sahabat
Rasulullah SAW mengendap endap meninggalkan Makkah. Mereka keluar dari Makkah
dengan berjalan kaki menuju pantai. Sebuah perahu yang terapung di Pelabuhan
Shuaibah siap mengantarkan mereka menuju ke sebuah negeri untuk menghindari
kemurkaan dan kebiadaban kafir quraisy. “Para sahabat menyewa sebuah kapal
seharga setengah dinar,’’ demikian tertulis dalam kitab Fathul Bari.
Negeri yang mereka tuju itu bernama Habasyah – sebuah kerajaan di daratan Benua
Afrika. Mereka pergi ke negeri itu atas saran dari Rasulullah SAW.
Menurut Dr
Akram Dhiya Al-Umuri dalam Shahih Sirah Nabawiyah, umat Islam hijrah ke Habasyah
sebanyak dua kali.
Hijrah
ke Habasyah yang Pertama
Hijrah ini
terjadi pada tahun kelima kenabian. Kaum muslimin yang berhijrah ada sebelas
orang laki-laki dan lima orang wanita. 'Utsman bin 'Affan dan istrinya Ruqayyah
binti Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam termasuk orang-orang yang berhijrah
pertama kali ke Habasyah.
Hijrah ke Habasyah yang Kedua
Orang-orang
yang berhijrah ke Habasyah mendengar berita bahwa penduduk Makkah telah masuk
Islam. Maka mereka pun kembali ke Makkah. Di antara mereka ada 'Utsman bin
Mazh'un. Kemudian mereka mendapati bahwa berita itu tidak benar. Sehingga
mereka kembali lagi ke Habasyah. Jumlah
kaum muslimin yang hijrah juga bertambah. Ada delapan puluh tiga laki-laki dan
delapan belas wanita. Karena kebaikan raja Najasyi kepda umat Islam, kaum
kafir Quraisy mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bi Rabiah membawa hadiah untuk
raja Najasyi. Mereka berharap permintaan mereka agar umat muslim dikembalikan
ke Mekah dikabulkan oleh raja Najasyi.
Kemudian,
raja Najasyi mempertemukan kaum muslim dan utusan kafir Qurasiy untuk dimintai
penjelasan yang sebenarnya. Wakil umat Islam ketika itu adalah Ja’far bin Abu
Thalib yang menjelaskan kepada raja Najasyi perihal yang sebenarnya. Setelah
mendengar penjelasan, raja Najasyi memerintahkan utusan kafir Quraisy untuk
meninggalkan Habasyah. Menurut suatu riwayat, setelah raja Najasyi menerima
kebenaran Islam, ia pun masuk Islam.
Ibrah
Dibalik Peristiwa Hijrah ke Habasyah
Beberapa
pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa hijrah, antara lain:
1.
Hendaknya selalu berusaha mengubah kemunkaran
sekuat tenaganya, dan jika tidak mampu maka hendaknya meninggalkan tempat
kemunkaran itu dan tidak berdiam di tempat kemunkaran atau kemaksiatan
tersebut. Tetapi selama usaha perubahan masih dapat dilakukan walaupun sedikit
demi sedikit, maka tidak mengapa berdiam di sana sambil terus mengupayakan
perbaikan.
2.
Betapa
rapinya Rasulullah SAW dalam merancang dan membuat “program” dakwah. Walaupun
dakwah ini pasti akan ditolong oleh Allah SWT dan beliau adalah seorang Rasul
yang dijamin tidak akan dicelakai dan tidak akan dapat dikalahkan, tetapi
beliau tetap menjalani semua sunnatullah (hukum sebab akibat) dalam
keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya.
3.
Betapa luar biasanya usaha yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW yang selalu mencoba berbagai inovasi baru dalam dakwahnya.
Terobosan-terobosan yang beliau lakukan ini nampak dari pemilihan berbagai
tempat beserta alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya.
4.
Sebagai
pemimpin, Rasulullah SAW sangat memikirkan masyarakatnya. Segala cara beliau
usahakan agar para sahabatnya tidak disiksa dan diprovokasi oleh pihak lain.
Beliau pula yang paling akhir keluar dari Makkah setelah semua sahabatnya
selamat.
Dan mestinya masih banyak lagi i’tibar atau pelajaran yang dapat dipetik darinya. Semoga ulasan singkat ini bisa menjadi penggugah untuk memulai langkah awal menuju yang baik dan yang lebih baik dalam menegakkan Islam. Aamiin.
Hamasah Never
Die ^__^
Referensi:
Al-Umuri, Akram Dhiya’. 2010. Shahih
Shirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka
As-Sunnah.
Al-Buthi, Muhammad Said
Ramadhan. 1999. Sirah Nabawiyah: Analisis
Ilmiah Manhajjiah Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah SAW. Jakarta:
Robbani Press.
0 komentar:
Posting Komentar