AMAL JAMA’I

, by Unknown



1.a. Pengertian Amal Jama’i
Amal Jama’i (gerakan bersama) secara bahasa berarti “sekelompok manusia yang berhimpun bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama.”
Al-‘amalul al-jamaa’i berarti bekerja sama berdasarkan kecepakatan dan bekerja bersama-sama sesuai tugas yang diberikan untuk memantapkan amal. Jadi, Al-‘amalul al-jamaa’i mendistribusikan amal (pekerjaan) kepada setiap anggota berdasarkan potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan.
1.b. Beberapa ciri Amal Jama’i
1. Aktivitas yang dijalankannya harus berdasarkan keputusan jamaah
Dalam konteks gerakan bersama, tindakan yang diambil oleh setiap anggota sebagai tambahan dari apa yang telah disebutkan harus berada dalam batas-batas Syar’i.
2. Mempunyai sistem organisasi yang lengkap dan aktivitas dijalankan secara rapi dan tersusun
Tujuan pengangkatan seorang Ketua dalam suatu organisasi atau jama’ah bukan semata-mata sebagai lambang, tetapi bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi dan memudahkan jama’ah untuk bergerak dan bertindak melakukan aktivitas Islami.
Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut tidak semua orang harus melaksanakannya, dan tidak semua orang harus terlibat dengan semua kegiatan tersebut. Bahkan sebaiknya masing-masing mengambil porsinya sendiri-sendiri.
3. Tindakan dan kegiatannya sesuai dengan strategi pendekatan yang telah digariskan oleh jamaah
4. Seluruh kegiatannya bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama
1.c. Urgensi amal jama’i
1. Dustur Ilahi :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran 3:104)
Dalam ayat ini Allah telah mengisyaratkan tentang wajibnya melaksanakan dakwah secara amal jama’i.
2. Perjuangan Islam terlalu berat untuk dipikul secara individual karena perjuangan Islam bertujuan mengikis habis jahiliyah sampai ke akar-akarnya dan menegakkan Islam sebagai penggantinya.
Tanpa adanya struktur (tandzim) haraki yang setarap dengan struktur yang dihadapi (jahiliyah) dalam segi kesadaran, penataan dan kekuatan, tugas perjuangan Islam tak mungkin dapat dihasung meskipun dengan berpayah-payah dan pengorbanan seluruh kemampuan.
3. Da’wah secara jama’ah adalah da’wah yang paling efektif dan sangat bermanfaat bagi Gerakan Islam. Sebaliknya da’wah secara sendirian akan kurang pengaruhnya dalam usaha menanamkan ajaran Islam pada umat manusia.
4. Beramal jama’i (bergerak secara bersama) akan memperkuat orang-orang yang lemah dan menambah kekuatan bagi orang-orang yang sudah kuat. Satu batu bata saja akan tetap lemah betapapun matangnya batu bata tersebut. Ribuan batu bata yang berserakan tidak akan membentuk kekuatan, kecuali jika telah menjadi dinding, yaitu antara batu bata yang satu dengan yang lain telah direkat dan ditata secara rapi.
“Orang Mu’min yang satu dengan orang Mu’min lainnya seperti bangunan yang saling memperrekat.” (Muttafaq ‘alaih)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Al Maaidah 5:2)
5. Beramal jama’i sebagai sarana mencapai keridhaan Allah
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seolah-olah mereka adalah bagunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash Shaff 61:4)
6. Dengan amal jama’i balasan yang diberikan berlipat ganda
Allah SWT memberikan ganjaran yang besar kepada ibadah yang dilakukan secara berjamaah seperti shalat berjamaah dan sebagainya.
7. Iman lebih terpelihara dalam lingkungan amal jama’i
Persatuan dalam amal jama’i merupakan benteng pertahanan dari ancaman kehancuran. Seorang diri bisa saja lenyap, jatuh atau disergap oleh syethan-syethan manusia dan jin. Tetapi jika ia berada di dalam Jama’ah maka akan terlindungi.
Seperti seekor kambing yang berada di tengah kawanannya. Tidak ada serigala yang berani memangsanya karena perlindungan kawanan itu sendiri. Serigala akan berani memangsanya manakala kambing itu keluar dari kawanannya atau berjalan sendirian.
“Kalian harus berjama’ah karena tangan Allah bersama Jama’ah. Barang siapa melesat sendirian maka ia akan melesat sendirian di neraka.” (Hadits)
“Sesungguhnya syethan adalah serigala manusia dan serigala itu hanya memakan kambing yang lepas (dari kawanan).” (Hadits)
“Kalian harus ber-Jama’ah, karena syethan itu bersama orang yang sendirian dan dia akan lebih jauh terhadap dua orang.” (Hadits)
8. Kebathilan yang terorganisir dapat mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir
1.d. Jamaah Minal Muslimin (Jamaah dari kaum Muslimin)
Jamaah yang ada sekarang adalah jamaah minal muslimin bukan jamaah muslimin. Artinya, ada jamaah lain yang bergerak dan berdakwah untuk mencapai jamaah muslimin. Jamaah muslimin adalah khilafah Islamiyah yang tunggal, tidak boleh ada jamaah setelah berdirinya, karena Nabi Saw. bersabda untuk membunuh satu dari dua pimpinan jamaah muslimin (khalifah Islamiyah)
1.e. Bahaya Perpecahan Umat. Persatuan : Suatu Kewajiban Islam
Tidak menjadi masalah jika di dalam tubuh Kebangkitan Islam itu terdapat berbagai amal jama’i, kelompok atau Jama’ah, yang masing-masing memiliki manhaj tersendiri dalam berkhidmat dan berjuang menegakkan Islam di muka bumi, sesuatu dengan penentuan sasaran, skala prioritas, sasaran dan tahapannya.
Tidaklah menjadi masalah, apabila hal itu merupakan ta’addudu tanawwu’ (perbedaan yang bersifat variatif) bukan ta’addudu ta’arudh (perbedaan yang bersifat kontradiktif). Asalkan semua pihak ada hubungan kerja dan koordinasi. Sehingga saling menyempurnakan dan menguatkan. Dalam menghadapi masalah-masalah asasi dan keprihatinan bersama harus mencerminkan satu barisan, laksana bangunan yang kokoh.
Tetapi yang menjadi masalah adalah jika satu gerakan Islam meluncur-kan makar terhadap gerakan Islam lainnya. Sehingga musuh itu datang dari dalam tubuh Kebangkitan Islam itu sendiri.
Tidaklah berbahaya jika terjadi perbedaan pendapat khususnya dalam soal-soal furu’ (cabang) dan sebagian ushul (pokok) yang tidak prinsipil. Tetapi yang berbahaya adalah perpecahan dan permusuhan yang telah diperingatkan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.
Islam membenci perpecahan !
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” (QS. Ali Imran: 105)
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan Memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al An’aam 6:159)
“Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”. (QS. Asy-Syura 42:13)
“Barang siapa memisahkan diri dari Jama’ah sejengkal kemudian dia mati maka matinya adalah (mati) jahiliah”. (Muttafaq ‘alaih)
“Jauhkanlah diri kalian dari tindakan merusak hubungan persaudaraan karena tindakan itu adalah pencukur (agama)” (HR. Tirmidzi)
Islam sangat membenci perpecahan dan perselisihan, sampai Rasulullah saw. memerintahkan kepada orang yang sedang membaca al-Qur’an agar menghentikan bacaannya apabila bacaannya itu akan mengakibatkan perpecahan.
“Bacalah al-Qur’an selama bacaan itu dapat menyatukan hati kalian, tetapi jika kalian berselisih maka hentikanlah bacaan itu” (Muttafaq ‘alaih)
Artinya bubarlah dan pergilah supaya perselisihan itu tidak berlarut-larut lalu menimbulkan keburukan. Kendatipun keutamaan membaca al-Qur’an sangat besar, tetapi Nabi saw. tidak mengizinkan membacanya apabila bacaan itu akan membawa kepada pertentangan dan perselisihan. Baik perselisihan itu menyangkut qira’at ataupun menyangkut adab-adab lainnya. Para shahabat diperintahkan agar membubarkan majlis pada saat terjadinya perselisihan. Sementara itu masing-masing mereka tetap diperbolehkan berpegang teguh dengan qira’atnya.
Bimbingan Islam untuk memelihara persatuan :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat 49:10)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (al-Hujurat 49:11)
“Jauhkanlah diri kalian dari prasangka, karena prasangka itu merupakan omongan yang paling dusta. Janganlah saling mencurigai, saling menghasut, saling iri hati, saling membenci dan saling membuat makar. Tetapi jadilah Hamba-hamba Allah yang saling bersaudara”. (hadits)
Ada satu kisah di dalam al-Qur’an yang mengajarkan agar kita senantiasa menjaga kesatuan. Kisah tersebut ialah kisah Musa as. ketika pergi untuk memenuhi “panggilan” Allah selama tiga puluh malam kemudian disempurnakan dengan sepuluh sehingga menjadi empat puluh malam. Selama kepergian tersebut tugas Nabi Musa as. digantikan oleh saudaranya dan partnernya, Harun as. Selama kepergian Nabi Musa as. inilah, kaum diuji dengan penyembahan anak sapi yang dibuat oleh Samiri. Setelah kembali kepada kaumnya, Nabi Musa as. dikejutkan oleh penyimpangan besar yang menyentuh esensi aqidah yang dibawanya dan dibawa oleh semua Rasul sebelum ataupun sesudahnya.
Nabi Musa kemudian marah lalu melemparkan lembaran-lembarannya seraya menjambak rambut saudaranya dan berkata :
“Hai Harun! Apakah yang menyebabkanmu, waktu engkau melihat mereka sesat, untuk tidak mengikuti (contoh)-ku? Apakah (dengan sengaja) engkau telah durhaka kepada perintahku?” (QS. Thaha 20:92-93)
Jawaban Nabi Harun seperti disebutkan dalam al-Qur’an ialah :
“Ia (Harun) menjawab: Hai anak ibuku, janganlah engkau jambak jenggotku dan janganlah engkau tarik rambut kepalaku. Sesungguhnya aku takut engkau akan berkata: “Engkau telah memecah belah Bani Israel dan engkau tidak pelihara perkataanku”. (QS. Thaha 20:94)
Di dalam jawaban ini kita lihat bahwa Nabi Allah, Harun meminta maaf kepada saudaranya dengan ungkapan : “Aku takut bahwa engkau akan berkata: engkau telah memecah belah Bani Israel dan engkau tidak pelihara perkataanku”.
Ini berarti Nabi Harun as. mendiamkan tindakan kemusyrikan besar dan penyembahan anak sapi yang dibuat oleh Samiri, demi menjaga kesatuan Jama’ah dan khawatir akan perpecahannya. Tentu saja kekhawatiran tersebut hanya bersifat sementara, selama kepergian Musa. Setelah Nabi Musa kembali, kedua Rasul bersaudara ini bekerjasama dalam menangani krisis yang timbul.
1.f. Analisa Tugas Amal Jama’i
Tujuan-tujuan khusus :
1. Membina pribadi Muslim dan mengembalikan kepribadian Islam setelah dihancurkan oleh peradaban asing, Timur dan Barat
2. Membina keluarga Islam dan mengembalikan karakteristiknya yang asli agar dapat melaksanakan tugasnya, yaitu ikut berpartisipasi dalam menciptakan manusia Muslim yang sejati
3. Membina masyarakat Islam yang akan mencerminkan dakwah dan peri laku Islam, agar manusia dapat melihat hakikat Islam yang hanif ini dalam suatu bentuk yang kongkret di permukaan bumi
4. Mempersatukan umat Islam di seluruh penjuru dunia menjadi satu front kekuatan dalam menghadapi kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan, sehingga umat ini didengar perkataannya dan ditakuti gerakannya.
Sarana terpenting amal jama’i dalam mencapai tujuan-tujuan khusus :
1. Wajib mengembalikan mass-media, pengajaran, ekonomi dan alat-alat negara lainnya kepada Islam, supaya pengarahannya diatur sesuai dengan batas-batas dan syari’at Islam
2. Menghancurkan semua unsur kemunafikan dan kefasikan di dalam umat dan membersihkan masyarakat daripadanya
3. Mempersiapkan umat Islam sebaik-baiknya sehingga sesuai dengan berbagai tuntutan di masa datang.
read more

VIRUS-VIRUS UKHUWAH

, by Unknown



Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum,

Pagi sahabat dan saudaraku.. 
Apa kabar imanmu sahabatku dan saudaraku?
Semoga imanmu dan imanku kian bertambah dan semakin menguat dari waktu demi waktu dan dari hari ke hari. Aamiin.

Sahabatku dan saudaraku yang dirahmati Allah, Rasullullah Saw bersabda “Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, kecuali yang paling besar cintanya diantara keduanya adalah yang lebih mulia.”

Kali ini izinkan sahabatmu dan saudaramu ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan virus-virus ukhuwah. Semoga bermanfaat dalam merajut ukhuwah islamiyah yang diridhoi Allah hingga dapat menjadi jembatan dalam meniti surga terindahNya.

Berikut ini virus-virus ukhuwah :

1. Tamak akan kenikmatan dunia.

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak dihadapannya, ia pun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS.An Naml:40).

2. Lalai menjalankan ibadah dan melanggar tuntunan agama.

“Sesungguhnya Al Qur’an merupakan pemberi syafa’at. Barang siapa yang mengikutinya, ia akan dituntun masuk kedalam surga. Dan barang siapa yang meninggalkan dan berpaling kepadanya, ia akan didorong masuk kedalam neraka.” (HR.Bukhari-Muslim).

3. Tidak santun dalam berbicara.
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS.Al Israa:53).

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS.Luqman:19)

4. Sikap acuh.
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku, agar kamu berlaku sopan santun, sehingga tidak ada orang yang berlaku sombong terhadap yang lain dan tidak ada orang yang berlaku aniaya terhadap orang lain.” (HR.Bukhari-Muslim).

5. Mengadakan pembicaraan rahasia.
“Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?" Cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali. Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (QS.Al Mujaadilah:8-9).

6. Keras kepala, enggan menerima nasihat dan saran.
“Berbuatlah kasih sayang, nanti kamu akan mendapatkan kasih sayang. Berilah maaf, nanti kamu akan mendapatkan ampunan. Celakalah orang-orang yang mendengarkan nasihat-nasihat, tetapi tidak mengerjakannya. Celaka pula orang-orang yang tahu akan kesalahan sesuatu, tetapi masih saja mengerjakannya.” (HR.Bukhari-Muslim).

7. Sering membantah, bersikap sombong dan kasar.
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah.” (QS.An Nisaa:173).

8. Tidak toleran dan enggan memaafkan.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih[111].”(QS.Al Baqarah:178).

“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS.Al Araaf:199).

9.  Mudah dihasud.
10.  Membeberkan rahasia.
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai diantaramu ialah orang yang paling baik budi pekertinya, ialah orang-orang yang sekelilingnya merasa tentram dari gangguannya serta orang-orang yang bisa bergaul. Adapun orang yang paling aku benci diantara kamu ialah orang yang suka menyebar luaskan fitnah, yang suka memecah persudaraan serta orang yang suka membuka-buka cacat orang yang tidak bersalah.” (HR.Bukhari-Muslim).

11. Mengikuti prasangka (cenderung su’udzon).
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS.Al Hujuraat:6).

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS.Al Hujuraat:12).

12. Mencampuri masalah pribadi.
13.  Egois, arogan, tidak empati dengan penderitaan saudara serta tidak memperhatian masalah kebutuhannya.
14. Menutup diri, berlebihan, membebani dan menghitung-hitung kebaikan.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir[168].” (QS.Al Baqarah:264).

15.  Enggan membela sahabatnya ketika disebut aibnya.
16. Melupakannya karena sibuk mengurusi yang lain dan kurang setia.
17.  Mengingkari janji dan kesepakatan tanpa alasan yang kuat.
“Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (QS.At Taubah:77).

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.”(QS.An Nahl:91).

“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah[1396]. Tangan Allah di atas tangan mereka[1397], maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (QS.Al Fath:10).

18. Selalu mencertakan perkara yang membangkitkan kesedihan dan suka menyampaikan berita yang membuat resah.
Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.”(QS.An Nuur:15).

19.  Terlalu cinta.
“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (QS.Al Anfaal:63).

“Ada tiga hal, bilamana hal tersebut berada didalamnya, akan dirasakan manisnya iman: pertama, bilamana Allah dan RasulNya lebih dicintai dibanding dengan yang lain, kedua bilamana seseorang mencintai lain orang, cintanya itu karena Allah, dan ketiga bila seseorang benci akan kembali kekufuran seperti bencinya kalau ia akan dilemparkan keapi neraka.” (HR.Bukhari-Muslim).

(Sumber dari  Al Qur’an , Hadist dan Buletin Intelektual Muslim)

“Ya Robb..jadikan kami penyayang bagi orang-orang beriman, jadikan persaudaraan kami terikat oleh cinta karena Mu, saling nasehat menasehati dalam kebenaran, menetapi kesabaran, mendoakan dikala jauh, memuliakan disaat berjumpa, buatlah persaudaraan kami indah seperti indahnya persaudaraan Rasulullah Saw dan para sahabat.” Aamiin.

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS.Az Zukhruf:67).

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS.Al Ashr:1-3)

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS.Al Hujuraat:10).

Wassalam,
Seorang hamba yang sedang memperbaiki diri, seorang sahabat dan saudara yang haus akan ilmu.
read more

Biografi Anas bin Malik ; Pembantu Rasululah SAW

, by Unknown



Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai sholatnya Rasulullah kecuali Ibn Umm Salim (Anas bin Malik) Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah. Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadhar bin Dhomdhom al-Anshory al-Khazrojy. Biasa dipanggil Abu Hamzah, digelari ‘Khodim ar-Rasul’(Pembantu Rasul). Anas bin Malik seorang mufti, muqri (pembaca), ahli hadits dan pembantu Rasul. Ibunya, Ummu Salim, masuk Islam sementara ayahnya masih berpegang kepada agama dulu. Pendapat lain mengatakan bahwa ibu Anas bin Malik bernama Ghumaisho. Ada juga yang mengatakan Rumaisho. Meskipun masih kecil, ibunya sudah mengajarkan dua kalimah syahadat. Ayahnya, Malik, meminta kepada istrinya agar meninggalkan agama barunya. Hanya saja istri menolak. Suatu hari ayahnya keluar rumah sambil marah-marah. Di jalan ayahnya ketemu dengan musuhnya. Ayahnya terbunuh, sejak itu beliau Anas bin Malik hidup menjadi yatim.

Anas Bin Malik Pembantu Rumah Tangga Rasulullah SAW

Pada waktu berumur 10 tahun ibunya mendorong agar beliau mengabdi pada Rasulullah. Ibunya berkata, “Ini anakku pandai menulis.” Rasulullah pun menerima permohonan ibunya. Rasulullah berdo’a, “Ya Allah berikan dia (Anas bin Malik) harta dan anak yang banyak. Dan Beri keberkahan yang saya berikan padanya.”(HR.Bukhori Muslim).
Beliau; Anas bin Malik pernah berkata, “Saya mengabdi kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah berkata ‘uff’ , tidak pernah mencela apa yang dibuat dan tidak pernah marah.”
Beliau bercerita, “Suatu hari Rasulullah menyuruhku untuk suatu keperluan. Saya pun keluar rumah. Dan jalan berjumpa dengan anak-anak sedang bermain. Saya pun ikut bermain bersama mereka. Saya malah tidak memenuhi perintahnya. Selesai bermain dengan mereka, tiba-tiba saya merasa ada orang berdiri dibelakang saya. Setelah saya menoleh, ternyata Rasulullah sambil memagang bajuku. Sambil tersenyum Rasulullah berkata,
“Wahai Anas, Apakah kamu sudah kerjakan perintahku?”
Saya merasa bersalah. Saya pun menjawab,
“Baiklah, saya pergi sekarang.”
Mengenai pribadi Anas bin Malik Abu Hurairah berkata, “
Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai sholatnya Rasulullah kecuali Ibn Umm Salim (maksudnya Anas bin Malik).”
Allah berikan karuni kepada Anas bin Malik berupa panjang umur. Mengenai panjang umurnya itu beliau berkata,
“Tidak ada orang yang tersisa (dari sahabat) yang dapat sholat di masjid Qiblatain (dua qiblat) kecuali saya.”
Begitu juga beliau; Anas bin Malik dikarunia keturunan banyak sebagaimana Rasulullah do’akan padanya. Semua anaknya hampir mencapai seratus. Kalau mengkhatamkan al-Qur’an, Anas bin Malik mengumpulkan istri dan anaknya kemudian beliau berdo’a. setelah wafatnya Rasulullah, beliau pergi Damaskus. Dari Damaskus beliau pindah ke Basrah. Dari al-Mutsna bin Sa’id diceritakan, ia mendengar bahwa Anas bin Malik selalu berkata,
“Hampir setiap malam aku mimpi Rasulullah. Setelah itu beliau menangis.”
Selama bersahabat dengan Rasulullah beliau telah meriwayatkan kurang lebih 2287 hadits. Diantara riwayat haditsnya, dari Rasulullah beliau bersabda;
“Tidak beriman seseorang dari kalian hingga cinta kepada saudaranya sebagaimana mencintai dirinya.”(HR.Bukhori).
“Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya, penyabar dan pemaaf”
begitu kata beliau mengenai pribadi Rasulullah. Dari sekian sahabat Rasulullah, Anas bin Malik lah yang paling terakhir wafat. Kurang lebih sepuluh tahun beliau bergaul, bersahabat dan bersenda gurau dengan Rasulullah. Meskipun tidak lama, sejak kecil beliau sudah merindukan kedatangan Rasulullah. Sehingga hari-harinya banyak digunakan untuk bertanya tentang ajaran Islam. tidak heran beliau termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Setelah menjalani hidupnya hampir satu abad, beliau wafat pada tahun 91 Hijriah, berumur 99 tahun. Pada waktu Anas bin Malik sakit, beliau berpesan kepada keluarganya,
“Ajarkan/talkin aku kalimat “La ilahaillallah. Muhammadurrasullah.”
Beliau pun mengucap kalimat itu hingga ajal menjemputnya. Pada waktu dimandikan, Muhammad bin Sirrin, seorang tabi’in, yang memandikan Anas bin Malik.


read more